Saturday, May 4, 2013

Iron Man 3 (2013)

Lego Iron Man 3 Header

Yap, film Iron Man 3 terpilih dengan suara bulat (1 dari 1 suara) untuk menjadi posting pertamaku di blog khusus kumpulan review pengalamanku menonton film ini! Mari kita mulai tanpa banyak menunda lagi (ini juga sudah lebih dari setahun sejak aku membuat blog ini, loh! *bangga nggak jelas*).

Trailers :
Singkatnya : AKU... TERTIPU.
Coba deh, lihat trailer-trailer yang beredar di internet dan tv. Kesan pertamanya, film ini pasti very dark dan gloomy, menjanjikan premis cerita yang berat dan serius macam film-film Christopher Nolan. Siapa yang nggak miris sih melihat rumah Malibu Tony Stark hancur lebur, termasuk koleksi armor Iron Man vintage dari Mark I sampai VII di garasinya? Bagaimana nasib Tony tanpa armor? Apakah jatuh dari tebing akan membuat tulang punggung Tony patah? Eh, itu mah film superhero tetangga ya. Trailer juga membuat seorang pembaca komik Iron Man sibuk menebak-nebak komik mana yang dicomot sebagai inspirasi. Iron Man Extremis? Sudah pasti. Iron Man inside and out? Belum tentu! Belum lagi musuh yang ditampilkan saat ini archnemesis Iron Man yang sudah lama disimpan bak anggur vintage. Di film superhero lain, musuh utama tuh munculnya di film pertama gitu loh (mungkin dengan asumsi tidak ada sekuelnya?). Dan bagaimana dengan Pepper? Apakah tiba saatnya Pepper menggunakan armor seperti di arc World's Most Wanted?

Experience :
Hari Kamis, tanggal 25 April 2013 adalah hari yang teramat spesial, karena itu hari gajian film Iron Man 3 tayang pertama kalinya di Indonesia. Dan buat yang merasa jadi penggemarnya sejak film pertama (iyaaa, aku ngaku belum baca komiknya sebelum film pertama itu), wajib hukumnya nonton di hari pertama. Memang apa manfaatnya? Nggak ada sih, cuma untuk nyombong saja pada teman-teman yang memilih untuk menonton di akhir pekan. Kebanggaan sesaat yang langsung expired pada hari Seninnya.

So, hari itu aku langsung nekat pulang kantor jam lima sore (jam pulang sebenarnya jam setengah lima sih, tapi di kantorku pulang jam lima itu dianggap pulang cepat!), meskipun sebagian besar rekan kerja masih memilih tetap duduk manis di kubikel masing-masing. Aku langsung meluncur ke Blitz Grand Indonesia, dengan target dapat tiket untuk penayangan jam tujuh malam. Namun, ketika aku sudah mulai mengantri... tiket yang jam 7 sudah habis! Buset dah, bakal pulang lebih malam kalau dapat yang jam 8 atau 9! Tapi aku rela kok, film ini sudah kutunggu-tunggu dari tahun kemarin, apa bedanya sih menunggu satu dua jam lebih lama? Ternyata, ada orang yang punya tiket nganggur untuk jam tayang setengah enam karena temannya nggak jadi nonton! Yiha, alhamdulillah banget! Langsung deh keluar antrian dan nonton film, tanpa sempat makan, minum, dan pipis #ApaSihDibahas

Dan ternyata... aku diperdaya trailer! Memang sih ceritanya lebih berat dibandingkan sebelumnya, mirip-mirip film pertama di mana Tony harus bisa survive tanpa uang dan teknologinya. Tapi hei, aku memang berharap melihat lebih banyak Tony Stark di luar armornya! Karena superpower yang dimiliki Tony Stark bukanlah armornya, tapi otaknya! Dan armor terbarunya yang masih prototipe merupakan sumber sitkom yang tak ada habisnya! Jadi agak sedih juga sih melihat nasib Mark 42 dan kakak-kakaknya di akhir film. Tapi yang pasti, film ini lebih baik dari film sebelumnya yang nyaris terjerumus ke jurang Transformers.

Review:

Cerita dibuka dengan narasi Tony Stark, yang mengingat kembali awal mula bencana yang disemainya sendiri, yaitu pada pesta tahun baru Y2K di Bern, Swiss. Di sana Tony bertemu Ho Yinsen (yang tak diingatnya sama sekali) dan seorang ahli jantung bernama Wu (yang sepertinya muncul kembali di akhir film khusus untuk versi yang ditayangkan di Cina). Tapi fokus cerita pembukaan ini adalah si cantik Maya Hansen, botanis yang menemukan virus Ekstremis, serta si culun Aldrich Killian dari AIM yang mengajukan proposal kerja sama. Tentu saja Tony lebih memilih "membantu" yang cantik dan melupakan yang culun. Dan Tony tidak sadar bahwa bantuan kecilnya untuk rumus kimia Maya dan kesewenang-wenangannya terhadap Killian bakal menuai badai di kemudian hari.

Kembali ke masa kini, satu tahun setelah "peristiwa di New York", Tony Stark yang sadar bahwa ia cuma a man in a can kalau dibandingkan rekan-rekan superheronya, menjadi gelisah dan susah tidur karena sibuk memikirkan bagaimana cara yang lebih baik untuk melindungi orang-orang yang dikasihinya. Karenanya, sementara Pepper Potts tetap memimpin Stark Industries, ia menghabiskan waktu dengan membuat lebih banyak lagi armor. Kalau terakhir di film Avengers ia menggunakan armor Mark VII, di awal film ini ia sudah mencapai... Mark 42! (Omong-omong ada apa dengan Tony Stark dan angka 42? Kok jadi deja vu dengan Proyek 42-nya Tony di Civil War? Yang jelas tidak ada hubungannya dengan film tentang Jackie Robinson #ApaSih). Trailer membuatku mengira Mark 42 adalah armor versi Ekstremis. Tapi ternyata Mark 42 adalah versi terkini dari Mark VII, dengan lockchip ditanamkan ke lengan Tony untuk menggantikan fungsi gelang Mark VII. Bedanya, Mark 42 kalau dipanggil datangnya sepotong-sepotong (bisa jadi adegan keren, menggelikan, dan menakutkan tergantung situasi dan kondisi) dan bisa dikendalikan jarak jauh, seperti ini :


Saking sibuknya, ia baru tahu setelah iseng nonton tv kalau muncul teroris baru yang sangar dan canggih bernama Mandarin, yang mengancam pemerintah AS dengan mengaku bertanggung jawab atas pemboman di beberapa penjuru dunia. Sadar politik AS bukan urusannya, Tony tidak ikut campur. Ia baru terlibat ketika mantan bodyguard kesayangannya nyaris tewas dalam salah satu pemboman, dan di depan umum menantang Mandarin untuk bertarung, lengkap dengan memberikan alamat rumahnya. Just old-fashioned revenge. Dan... Mandarin menjawab tantangannya dengan menghancurleburkan rumahnya.

Terdampar ribuan kilometer dari rumah, hanya berbekal Mark 42 yang rusak dan tidak bisa diandalkan (maklum masih prototipe), Tony Stark harus menggunakan sumber daya terbatas (dan kejeniusan yang tidak terbatas) untuk dapat kembali dan mengatasi musuh-musuhnya. Padahal, lawan yang harus dihadapi Tony kali ini lebih susah matinya dibandingkan pasukan robot atau manusia yang mengenakan armor ala Iron Man. Sekelompok supersoldier yang bisa melelehkan logam dan memulihkan diri berkat virus Ekstremis yang dikembangkan Maya Hansen dan Aldrich Killian di AIM ini pasti mengingatkan kita pada T-1000 yang mengejar-ngejar Edward Furlong dan Arnold Scwarzenegger di film Terminator 2. Versi tercanggihnya malah bisa mengembuskan api seperti naga di cerita dongeng.

Dan di bagian inilah mungkin mereka yang mengharapkan banyaknya pertempuran Iron Man akan kecewa, karena Tony Stark lebih banyak beraksi tanpa armor, lebih mengandalkan teknologi seadanya ala McGyver. Kalaupun Mark 42 bisa digunakan sesekali, hasilnya kadang-kadang malah jadi kocak. Tapi jangan kuatir, kurangnya aksi Iron Man akan ditebus di adegan puncak dengan dijalankannya House Party Protocol oleh J.A.R.V.I.S., bala bantuan berupa Iron Legion yang selamat dari gempuran Mandarin. Mau lihat yang versi apa?

Kakak-kakaknya Mark 42 yang sempat terlihat antara lain :
- Mark 17 Heartbreaker
- Mark 33 Silver Centurion
- Mark 35 Red Snapper
- Mark 38 Igor aka Hulkbuster (jelas diperlukan untuk menenangkan Hulk ngamuk)
- Mark 39 Gemini Sub Orbital Suit (siapa tahu mau jalan-jalan ke luar angkasa lagi)

- Mark 40 Shotgun
Kurang apa coba? Ya jelas kurang lama sih. Saking banyaknya susah dipantau satu-satu, kecuali yang sempat dipakai dan disebut namanya oleh Tony Stark. Sayang sekali, kurang terlihat kelebihan masing-masing karena terlalu cepat terbangnya atau terlalu cepat dihancurkan musuh. Susah-susah bikin versi Gemini mbok ya main ke Asgard atau ke mana gitu. Atau si Igor bukan cuma dipakai untuk menopang dek supaya nggak miring, dipakai untuk latihan bela diri bareng Bruce Banner kek. Ini mah biar banyak armornya cuma jadi figuran saja.


Buat yang mengharapkan banyaknya adegan dan dialog kocak, selamat, ini film yang tepat untuk ditonton! Interaksi Tony dan Mark 42 jadi modal awal di sini, begitu pula pertemanan Tony dan anak kecil yang membantunya. Siapa juga yang bakal nyangka Tony Stark yang hebat itu mau pakai jam tangan Dora the Explorer, warna pink pula, meskipun itu limited edition? Atau adegan antara Tony dan Rhodey yang mungkin akan mengingatkan kita pada film-film buddy-cop macam serial Lethal Weapon. Dan siapa sangka, kalau musuh utama yang begitu sangarnya di tv bakal menyumbangkan tawa juga? Tentu saja ini berkat Shane Black yang menjadi sutradara merangkap penulis naskah, sehingga ciri khas film-filmnya diboyong semua ke sini.

Merasa kehilangan soundtrack musik rock ala film-film Iron Man sebelumnya? Well, yang namanya selera musik seseorang tidaklah terbatas. Masa seorang Tony Stark hanya tahu satu jenis musik? Sekali-sekali mendengarkan musik jazz atau dangdut kan nggak apa-apa. Eh, bukan berarti ada lagu dangdut di sini sih. Karena setttingnya menjelang Natal (padahal film ini diputar menjelang musim panas), soundtracknya rupanya disesuaikan dengan temanya.

Film ditutup dengan keputusan Tony untuk menjalankan Clean Slate Protocol, di mana Tony memilih untuk lebih fokus pada kekasih dan hidupnya. Hidup yang tanpa arc reactor di dadanya dan... tanpa armor lagi. But, even without armors, he's still Iron Man. Eh, ralat ding. Film ditutup dengan pengungkapan: kepada siapa Tony bercerita sampai berbusa-busa tentang petualangannya selama dua jam lebih? Ternyata... bukan pada kita para penonton, melainkan pada orang yang sudah ketiduran pada saat Tony menceritakan adegan di lift hotel di Swiss, yang berarti... dia nggak mendengarkan Tony sama sekali!

Tunggu, tunggu sebentar... tidak ada arc reactor lagi? Tidak ada armor lagi? Apakah... tidak ada film Iron Man lagi? Di penghujung film, terpampang tulisan besar-besar ala film-film James Bond: TONY STARK WILL RETURN. Tony Stark, ya, tapi apakah Iron Man juga akan kembali? Tony Stark, ya, tapi apakah Robert Downey Jr juga yang memerankannya? Ah, percuma saja bertanya-tanya sekarang. Iron Man 3 merupakan jalan pembuka menuju film The Avengers 2, dan pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab tahun 2015 nanti. Sabar dan tunggu saja tanggal mainnya, ya...

Kesimpulan : Wajib tonton ulang.
Dan sebenarnya, dua hari kemudian aku memang sudah menonton lagi di bioskop lain, kali ini bareng teman, dan memilih yang 3D. Kesimpulannya, tidak usah nonton versi 3D karena hampir tidak ada bedanya, cuma bikin sakit kepala saja dan repot karena jadi pakai kacamata dobel. Tapi karena lebih santai, aku jadi masih sempat membeli tempat minum Iron Man.
Lumayanlah, kenang-kenangan



No comments:

Post a Comment